Waktu di HP-ku menunjukkan pukul 05.40 WIB. Beranjak dari kamar hotel dan kusempatkan untuk menyendiri sesaat di tepi Danau Toba yang indah. Hembusan angin yang dingin tidak mampu merayuku untuk kembali ke kamar dan menarik selimut melanjutkan mimpiku. Tetapi aku akan melanjutkan mimpi itu di tepi danau yang indah ini. Terlihat air danau menari-nari gemulai seperti bermain bersama angin. Burung-burung Bangau sepertinya tidak ingin ketinggalan, terbang merendah dan hilir mudik turut menari bersama air. Sungguh pagi yang sangat indah.
Pandanganku lalu menjauh ke seberang sana, ke sebuah pulau indah dikelilingi danau yang biru. Samar terlihat perkampungan yang masih diselimuti remang pagi, ditaburi sedikit cahaya lampu-lampu dengan formasi acak tak beraturan.
Menatap di kejauhan, lamunanku tiba-tiba terbang membawaku ke rumah. Dimana orang-orang yang kucintai (lebih tepatnya mencintaiku) menungguku dan selalu berdoa untukku. Orang-orang yang tidak pernah berharap lebih dariku dan tidak menuntut banyak, selain bisa meluangkan waktu dan berkumpul bersama. Mereka yang ingin aku ada saat bermain, saat mengerjakan tugas sekolah dan saat malam tiba. Tidak berlebihan, hanya (sedikit) perhatian.
Aku merasa terlalu lancang berkata "mencintai" mereka, sementara aku tak mampu mendefenisikan cintaku itu seperti apa. Aku tak mampu menerjemahkan "cintaku" dalam bentuk nyata. Aku munafik, aku pembohong!!!
Mereka bilang kalau aku ayah yang mereka banggakan, ayah yang hebat. Apa iya, aku pantas disebut hebat dan dibanggakan? Sementara apa yang aku sebut "sayang" hanya dusta dan janji-janji belaka. Layakkah aku disebut ayah, saat pulang ke rumah kutemui dua orang anak yang sudah tertidur pulas tak berselimut? Bukankah seharusnya aku ada ditengah mereka saat terlelap dan memeluknya di sisi kiri dan kanan, memakaikan selimut dan mengusir nyamuk yang hinggap di wajahnya? Maafkan ayahmu, Nak! Ayah terlalu lemah dan "tidak hebat" bagi kalian.
Aku berharap bisa mengembalikan posisi sebagai ayah yang baik dan hebat buat kalian. Bisa berbagi waktu dan bermain bersama dengan kalian, bahkan saat Natal tiba. Tuhan, kuatkan aku untuk mampu melewati semuanya dan melawan godaan dunia. Mengembalikan kepercayaan orang-orang yang mencintaiku menjadi pribadi yang mereka impikan. Berharap, Natal ini akan menjadi Natal yang indah bagiku bersama orang-orang yang mencintaiku.
Sambil menyeka mataku yang sedikit berkaca-kaca, kuakhiri lamunanku (sandiwara-ku) bersama hilangnya kabut tipis di tepi Danau Toba yang indah.

